Bokep Indonesia Volume 31

Bokep Indonesia Volume 31

Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton film bokep. Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nina dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Richard telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nina sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau pepek nya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian pepek nya, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Richard.
“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan kontol ku diisap mulut mungil Lillian itu.
Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Nina aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”, saya agak terkejut juga, apakah Richard akan memberikan obat perangsang dan mengentot Rina? Wah kalau begitu tidak rela aku. Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Richard cepat-cepat menambahkan, “Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya, “Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Nina di sampingku”.

Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Richard. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar. Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nina, “Nin.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nina, Richard segera berdiri, menarik kursi Nina dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah. Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku. “Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di pundak dan punggung Nina, memijit-mijit dan mengusap-usap halus. Sementara Nina kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.

Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut. Terlihat tindakan Richard semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Nina hingga kancing terakhir. BH Nina segera menyembul, menyembunyikan tetek mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Nina terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga, “Apakah Nina telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?, atau apakah Nina pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Richard?”. Nina tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nina seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Richard dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun disambutnya dengan gairah.

Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Richard yang sedang duduk di sampingku. Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lillian, terasa pepek nya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengentot wanita mungil. Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lubang pepek nya, dengan lembut jari tengahku menekan clitoris nya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh.., aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas tetek nya sendiri.

Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah meningkatkan aksinya terhadap Nina, terlihat Nina telah dibuat polos oleh Richard dan terbaring lunglai di sofa. Badan Nina yang ramping mulus dengan tetek nya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantat nya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh jembut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Richard. Kemudian Richard menarik Nina berdiri, dengan Richard tetap di belakangnya, kedua tangan Richard menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nina, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka, menunjukan Nina menikmati benar permainan dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Richard berada di jembut kewanitaannya, sementara tangan lain Richard meremas-remas tetek nya, terlihat seluruh badan Nina yang bersandar lemas pada badan Richard, bergetar dengan hebat.

Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, tetek nya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau diadu besarnya kontol ku dengan Richard, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di pepek nya diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat itil nya dengan lidahku.

Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vagina nya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vagina nya. Menjilati clitoris nya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan dengan suara keras, ” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vagina nya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar tetek nya. Pada saat bersamaan suara Nina terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, “Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat Richard pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nina sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok diantara kedua paha Nina yang sudah terpentang dengan lebar, kepalanya terbenam diantara kedua paha Nina yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Richard sedang mengaduk-aduk pepek Nina yang mungil itu. Terlihat badan Nina menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Richard dengan kuat.

Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan, “Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot kontol ku. “Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vagina nya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme. Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut kontol ku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.

event_note Oktober 21, 2024

account_box adminbosku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *