Bokep Indonesia Volume 25

Bokep Indonesia Volume 25

Jam 13:50 di flat rumah Miko, Hujan tinggal gerimis saja tetapi cukup mempersejuk pada siang hari yang umumnya panas. Ternyata hujan lebat barusan membuat perjalanan dari lapangan terbang cukup lama. Sehabis singgah di warung Mas Mono untuk beli rokok kami berdua segera ke kamarku yang berada di lantai 4.
“silahkan masuk!” saya menyilahkan Aurel masuk kamarku.
“Tetapi sorry yah tempatku acak-acakkan, mahfum cowok”, saya cukup tidak sedap jika Aurel tidak santai di sini.
“Ah kalian Miko.. biasa saja kok, tempatku di Singapura tidak lebih kece dari ini”, katanya merendah.
Ruang flatku tidak besar, terbagi dalam ruangan tamu, satu ruang tidur, dapur dan kamar mandi. Cukup buat bujangan.
“Wah!” hebat Aurel.
“Sofa kalian funky sekali berwarna”, Aurel ternyata tertarik di sofaku yang warna kuning tersebut.
Saya sendiri tidak sukai dengan warna kuning karena norak sekali. Tetapi sofa pemberian kakakku ini bisa dirubah menjadi tempat tidur cadangan, menjadi berkegunaaan jika ada teman-teman yang bermalam di sini.
“Oh ini sofa sudah lama, ini dikasih sama kakakku, Mbak Widya”, kataku.
“Its very cool!” Aurel selekasnya merebahkan badannya di sofa tersebut.
Dari gesturnya dianya seperti anak kecil yang temukan bermainan lama waktunya.
“Eh sorry, saya punyai sofa warna kuning di apartemenku di Singapur”, kata Aurel sekalian menukar posisi duduknya.
Ia seperti mengetahui jika saya cukup terbengong-bengong atas sikapnya barusan.
Saya putar lagi otak, bagaimana triknya untuk mendapat tropi yang satu ini saat sebelum Erika jemputnya. Semua jenis panduan kupikirkan termasuk memberikannya obat perangsang (tetapi selekasnya saya membuang dari benakku karena menganggap malu sendiri). Saya duduk di sebelahnya dan menghidupkan TV. Aurel bangun dan menanyakan,
“Miko.. saya haus kalian ada es batu?” Saya bingung dan menjelaskan,
“Di kulkas ada air dingin tuch, kalian tidak perlu gunakan es batu kembali.” Aurel selekasnya mangambil gelas dan sebotol air dingin di kulkas.
Saya menyaksikan TV sekalian kakiku selonjoran di meja di muka sofa.
“Eh sang Erika masih tetap lama yah meeting-nya?” bertanya Aurel sikati duduk di sampingku dan meningkatkan kakinya selonjoran di atas meja. “Kelak lebih kurang jam 3 alias jam 4 usai, dianya katakan ingin telepon kok jika sudah usai”, kataku mengulas sekalian mengembuskan asap rokok.
Terlihat asap rokok mengepul melenggok seperti badan seorang wanita yang memikat.
“Kamu ingin tidak?” Aurel mengenalkan satu gelas air minumnya.
“Oh no thanks.. dingin-dingin ini saya tidak dapat minum es.” Saya menjawab pendek sekalian memerhatikan sepasang kaki Aurel yang parkir di samping kakiku di meja.
Terlihat gelang kakinya tingkatkan manis kakinya yang kece dan terurus tersebut.
Kedengar suara Aurel yang minum gunakan sedotan dari gelas yang sudah habis airnya.
“Srrt.. srrt!” Aurel mengisap gelas yang sudah kosong. Saya melihat ke arahnya dan tanpa kusangka sepasang mata bulatnya sedang melihatku dengan pandangan nakal.
Berkesan senyumannya yang kekanakan sekalian bibirnya mengisap sedotan dalam gelas yang sudah kosong tersebut. Ternyata Aurel memikatku.
“Seperti beberapa anak yah?” katanya sekalian masih tetap tersenyum ke arahku. Saya masih tetap belum ingin kepancing (masalahnya takut salah anggap).
“Main-main sekali sich kamu”, saya menjawab sekalian membalasnya senyumannya.
“Lagian dibanding nungguin Erika lama sekali.” Saya semakin kaget, suara Aurel menyengaja dibuat seperti merengek-rengek manja.

event_note Oktober 18, 2024

account_box adminbosku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *